Perbaikan Akhlaq

Memperbaiki Akhlaq
Oleh : Dr.KH.Ahmad Hasyim Muzadi
    Untuk memperbaiki akhlaq ini tidak cukup hanya dengan ibadah dan do'a, tapi sekaligus harus disertai ketahanan terhadap godaan. Ketahanan terhadap godaan itu, buat kamu sangat berat, lebih berat dari pada godaan kepada saya. Saya paling-paling digoda uang, jabatan, dan lain-lain. Sedangkan kamu digoda kesenangan sehari-hari. Istilahnya di dalam agama; kamu semua digoda dengan Alaatul Malaahiy. Alaat itu instrumen, sedangkan Malahy berarti yang melupakan atau memabukkan. Jadi, Alaatul Malaahiy adalah alat yang memabukkan dan melupakan.
    Memabukkan di sini artinya mengacaukan sistem rohani. Sebagaimana yang pernah saya sampaikan, bahwa sistem rohani yang terdiri dari ruh, rasio, rasa, dan nafsu itu harus sejalan dalam sinergi dan saling kontrol. Kalau sistem ini kacau, maka ada potensi untuk berbuat rusak. Nah, potensi berbuat rusak itu bertemu dengan lingkungan yang rusak dan pergaulan bebas, tentu sangat berat dihadapi. Saya ini tahu saja anak-anak kalau di Pondok kan alim-alim, tapi kalau naik sepeda motor di jalan itu suka gandengan. Belum lagi suasana bacaan dan pergaulan. Itu semua adalah instrument pemabukan dan pelupaan. Jadi saya tahu, hal itu memang berat. Oleh karenanya, orang seperti kamu jangan sampai punya uang yang terlalu banyak, karena lebihnya itu berpotensi untuk berbuat rusak. Anaknya orang-orang besar yang mondok di sini kan tidak kerasan, karena duitnya banyak, sehingga dia bisa membeli kesenangan-kesenangan yang "merusak". Jadi, untuk ketahanan luar dan dalam terhadap godaan pribadi, maka kamu harus sering membaca Surat Al-Falaq & Surat An-Naas. Supaya dalam dirimu ada medan pengaruh penjagaan. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Israa' : 45
           • 
Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup,
    Kalau kamu membaca Al-Qur'an, maka Allah SWT akan mengirimkan sekat atau demarkasi antara dirimu dengan lingkungan orang-orang kafir. Kafir di sini tidak hanya kafir keyakinan, tapi juga kafir terhadap peraturan Allah SWT. Kafir itu secara bahasa bermakna ingkar. Yang dimaksud "kafir" di sini bermakna umum, yaitu meliputi pengaruh keyakinan, ideologi, kesenangan, alatul malaahy, dsb. Semua itu termasuk kekufuran pada bidangnya masing-masing.
    Jika kamu membaca Al-Qur'an, maka kamu masih lumayan karena ada sekat atau ada benteng terhadap pengaruh negatif. Benteng ini kuat-kuatan, apakah kuat bentengnya ataukah kuat godaannya. Tapi selemah-lemah benteng, tentu masih lebih baik dari pada tidak ada benteng sama sekali. Tidak ada benteng atau netral itu lebih baik daripada dia sengaja memanggil bencana (godan) itu. Arek-arek itu ada kalanya mendambakan godaan. Yo opo kok suwe gak ono sms. Artinya orang yang seperti ini tidak membentengi diri, tetapi justru sedang menarik godaan masuk ke dalam dirinya. Padahal, dengan dibentengi saja, bisa jebol karena luapan dari kiri-kanan yang sangat besar. Dengan adanya benteng diri berarti ada saringan-saringan. Ibaratnya, sekalipun nantinya larat, tapi tidak sampai masuk jurang, paling-paling kesandung dan luka-luka. Nah, oleh karenanya, kalau kamu ada kesadaran terhadap adanya godaan ini, maka cepet-cepet baca Surat Al-Mu'awidzatain. Tetapi ada juga yang tidak mau membaca Surat ini, karena "takut" godaan tidak datang kepadanya. Itulah dimensi kedua, yaitu penjagaan akhlaq.

0 Komentar