Teori Belajar Konstruktivisme

I.    Pendahuluan
        Di awal telah disebutkan bahwa jean piaget adalah salah satu pengembang teori kognitif, namun ia juga tokoh dari teori belajar konstruktivistik. Ia meyakini bahwa manusia dan mahluk hidup lainnya perlu beradaptasi dan mengorganisasi lingkungan disekitarnya agar tetap hidup. Begitu juga dengan pikiran dan tubuh manusia memiliki aturan main yang sama.
     Teori konstruktivistik merupakan teori belajar yang mengharuskan kepada peserta didik agar selalu tetap aktif dalam proses belajar, dan bertanggung jawab dalam hasil ( goal) pembelajaran itu sendiri, karena diteori ini siswa bukan hanya mendapatkan ilmu dengan cara ditransfer dari gurunya melainkan siswa dapat mengkonstruk ataupun membangun sendiri ilmu yang ia dapati sehinngga ia mempunyai pengetahuan baru yang merupakan hasil dari pikirannya sendiri, dan akan selau selalu berkembang dengan hasil konstruksinya.
                Munkin ssangatlah dianjurkan menggunakan teori ini bagi peserta didik yang setingkat SMA keatas, karena teori ini mengharuskan kepada peserta didik untuk menalar dan membangun pengetahuan yang ia peroleh dengan dirinya sendiri.
            Penulis disini akan membahas tentang teori ini, dan sub-subnya adalah:
A.    Tentang teori belajar konstruktivistik
B.    Implikasi teori konstruktivistik dalam proses belajar dan mengajar
a)    Makna belajar dan mengajar dalam teori konstruktivistik
b)    Peranan peserta didik dalam proses pembelajaran
c)    Peranan pendidik dalam proses pembelajaran
c. perbedaan konstruktivistik dengan behavioristik
II.    Pembahasan
A.    Teori belajar konstruktivistik
        Pembahasan teori belajar konstruktivistik erat kaitannya dengan pembahasan ilmu pengetahuan. Menurut Driver dan Bell, ilmu pengetahuan tidaklah hanya kumpulan hukum- hukum atau daftar dari fakta – fakta yang ada, melainkan ciptaan pikiran manusia dengan semua gagasan konsepnya yang ditemukan secara bebas.
           Sementara pengetahuan adalah hasil dari konstruksi manusia, manusia bisa mempunyai  pengetahuan bila mengumpulkan dengan cara mengkonstruk ide mereka dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan mereka sendiri. Oleh karena itu pengetahuan akan bisa berkembang bukan hanya dengan di transfer begitu saja, tetapi melainkan dengan adanya proses interpretasi yang dilakukan sendiri oleh masing –masing orang.
       Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat .
       Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu .
           Konstruktivisme memberikan pandangan bahwa pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu si uji dengan pengalaman baru. 
            pembelajaran secara konstruktivistik berlaku di mana siswa membina pengetahuan dengan menguji ide dan pendekatan berasaskan pengetahuan dan pengalaman yang ada, mengimplikasikannya pada satu situasi baru dan mengintegerasikan pengetahuan baru yang diperoleh dengan binaan intelektual yang sedia wujud.  konstruktivisme adalah satu pendekatan pembelajaran berasaskan kepada penelitian tentang bagaimana manusia belajar. Kebanyakan peneliti berpendapat setiap individu membina pengetahuan dan bukannya hanya menerima pengetahuan daripada orang lain.Ide dari teori ini, siswa aktif membangun pengetahuannya sendiri.
       Esesnsi dari teori konstruktivistik adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentrasformasikan suatu informasi konpleks ke situasi lain. Dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri .
B.    Implikasi konstruktivistik dalam proses belajar mengajar
1.    Makna belajar mengajar
       Proses belajar mengajar dan mengajar menurut teori belajar konstruktivistik bukan sebagai proses prolehan informasi, melainkan sebagai proses pemberian makna oleh peserta didik melalui proses asimilasi dan akomodasi. Teori belajar konstruktivistik memberikan makna belajar dan mengajar yang brbeda dengan teori belajar sebelumnya. Belajar adalah proses aktif pelajar mongkonstruksi arti teks, pengalaman fisis, dan lain- lain .
         Belajar juga merupakan juga merupakan proses asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan pelajaran yang dipelajari dengan bahan pengetahuan yang sudah ada, proses belajar seperti ini bisa dilihatvdari indikator- indikatornya. Seperti peserta didik membentuk makna dari apa yang peserta didik lihat, dengar, rasakan dan yang dialaminya, dan setiapa kali ada fenomena atau persoalan baru yang ia akan selalu mengadakan rekonstruksi. Bagi penganut teori ini, mengajar bukannlah proses memindahkan pengetahuan dari guru kepada peserta didik, melainkan suatu proses yang memungkinkan peserta didik mampu mengkonsrtuk atau membangun sendiri pengetahuaanya .
2.    Peranan peserta didik
        Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa, (5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif .
       Teori belajar konstruktivistik memberikan porsi yang lebih tinggi bagi peserta didik untuk membangun sendiri pengetahuaanya. Teori ini menyatakan bahwa peserta didiklah yang bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Mereka sendiri yang membuat penalaran atas apa yang dipelajarinya, dengan cara mencari makna dan membandingkan dengan apa yang telah mereka ketahui .

3.    Peranan pendidik
        Konstruktivisme merupakan landasan berfikir ( filosofi) pembelajaran konstektual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedilit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah merupakan seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata .
        Pembelajaran harus dikemas menjadi peroses mongkonstruksi dan bukan menerima pengetahuan. Dalam hal belajar harus membangun sendiri pengetahuaanya melalui aktif dalam proses belajar mengajar, dan peserta didik menjadi pusat kegiatan dan bukan guru.
             Tugas pendidik hanya menuangkan atau menjajalkan sebuah informasi kedalam benaj sisiwa, tetapi mengusahakan bagaimana agar konsep- konsep penting dan sangat berguna tertanam kuat dalam benak siswa. Dalam mebantu peserta didik dalam monkonstruksi pengetahuaanya, maka tugas guru dalam teori ini diantaranya: 1. menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung jawab, dalam membuat rancangan, proses dan penelitian. 2.memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran seorang murid jalan atau tidak . 3. Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri.4. menyadarkan pada siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar .

c. Perbedaan konstruktivistik dengan behavioristik
        Sebagaimana penjelasan di atas teori konstruktivistik mengharuskan kepada siswa untuk berperan aktif dalam belajar, siswa dituntut dapat mengkonstruk ide mereka sehingga dapat terciptanya pengetahuaan baru, bukan hanya itu siswa harus dapat memecahkan suatu pemasalahan dalam hal belajar dengan ide mereka sendiri. Lain halnya dengan teori behaviorisme yang siswanya bersifat pasif dalam belajar, karena teori ini hanya proses penerimaan ilmu dari guru ke siswa, dengan cara mentransfer ilmu ke siswa saja, dan bukan siswa duharuskan memecahkan dan mengkonstruk ataupun membangun pemikirannya sendiri.
        Dan teori belajar behavioristik merupakan teori yang hanya merubah tingkah laku peserta didik, dan pandangan belajar menurut aliran tingkah laku tidak lain adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon, dengan kata lain perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimullus dan respon .
         Teori konstruktivistik memiliki perbedaan yang sangat mencolok dengan teori belajar behavioristik, untuk lebih jelasnya coba lihat dan pahami isi tabel dibawah ini :
Aspek    behavioristik    konstruktivistik
Fungsi akal    Berfungsi sebagai alat penjiplak struktur pengetahuan    Sebagai alat menginterpretasi sehingga muncul makna yang unik
Pengetahuan    Objektif, pasti, tetap    Non objektif, temporer, selalu berubah
Belajar    Perolehan pengetahuan    Pemaknaan pengetahuan
Mengajar    Memindahkan pengetahuan keorang lain    Menggali makna
Tujuan    Orang yang belajar diharapkan memiliki pemahaman yang sama dengan orang yang mengajarkan terhadap pengetahuan yang dipelajari    Orang yang belajar bisa memiliki pemahaman yang berbeda terahadap pengetahuan yang dipelajari
Penataan lingkungan    Ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu dalam keberhasilan    Kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan
kontrol    Kontrol belajar dipegang oleh sistem diluar orang yang belajar    Kontrol belajar dipegang oleh orang belajar



III.    Kesimpulan
           Konstruktivisme memberikan pandangan bahwa pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu si uji dengan pengalaman baru.
      Esesnsi dari teori konstruktivistik adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentrasformasikan suatu informasi konpleks ke situasi lain. Dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
      Teori belajar konstruktivistik memberikan porsi yang lebih tinggi bagi peserta didik untuk membangun sendiri pengetahuaanya. Teori ini menyatakan bahwa peserta didiklah yang bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Mereka sendiri yang membuat penalaran atas apa yang dipelajarinya, dengan cara mencari makna dan membandingkan dengan apa yang telah mereka ketahui.
IV.    Daftar pustaka
Sagala, Syaiful. 2006. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung:  CV Alfabeta.
Uno, Hamzah. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Jalaluddin, Soleh. 2010. Teori Belajar Konstruktivistik Dalam Perspektif Al-Quran. (Skiripsi). Malang: Stai Ma`Had Aly Al-Hikam.
http//www.Google.com.
       


0 Komentar